Jumat, 05 November 2010

saya rindu......

well, it's been a long time...
sebenarnya...
sebenarnya...
saya rindu,,,,
saya rindu...
sungguh rindu padanya...


saya rindu....


menulis.




saya rindu...
apa saja tentangnya saya rindu..
saya rindu perasaan itu menjalar dari hati , menelusur ke jemari untuk kemudian ditelurkan oleh ujung pena atau tuts-tuts kibor..
saya rindu rolerkoster emosi saat tengah berdua-duaan saja dengannya
saya rindu terhanyut dan menderaskan seluruh yang ada di otak dan hati, sesegera mungkin sebelum ia menguap lagi...
saya rindu coretan-coretan tak jelas yang saya sebut tulisan itu...


saya rindu senyum-senyum simpul atau bahkan kerutan alis yang mengiri tiap kata yang berhasil ditelurkan...
saya rindu megawang-awang demi memilih diksi, yang walaupun sudah dipilih terkadang masih kurang pas..haha!
saya rindu kalimat-kalimat yang seringkali hiperbolis cenderung lebay itu mendarat di kertas putih tak berdosa... 
saya rindu bagaimana stuck dan lancarnya ia mengalir...
ahhh, saya rindu pada coretan-coretan tidak jelas yang saya sebut tulisan itu...


ya, saya rindu pada apa saja tentangnya.
mungkin tentang menyemutnya manusia di gelora bung karno waktu itu..
mungkin tentang cerita si sepatu usang..
mungkin tentang keajaiban  yang masih selalu terasa hangat...
mungkin tentang supernova...
mungkin tentang mata dunia bernama hubble...
mungkin tentang dia..
atau mungkin, tentang saat itu....??


bisa jadi,
karna semua adalah tentangnya yang saya rindukan...

Selasa, 28 September 2010

pray, it is....


Ya Allah, sesungguhnya aku memohon cintaMu, cinta orang-orang yang mencintaiMu dan amal yang dapat mengantarku pada cintaMu. Ya Allah, jadikan cintaMu lebih aku cintai dari diriku sendiri, keluargaku dan dari air yang dingin

Sabtu, 18 September 2010

coretan sabtu pagi


Ehmmm,kali ini tulisannya tidak akan tertata, dan tidak akan berusaha menatanya. Sedikitpun..

Tulisan ini berkisah mengenai seorang yang tak bisa memilah dan membedakan kenangan. Sesorang yang menggunakan kata ampuh yang sama untuk banyak perempuan yang numpang hadir atau bahkan sekedar lewat hidupnya. Seseorang yang terlalu murah dan mudah menjual kata-kata pada setiap, ehm,, perempuan yang hadir dan numpang lewat di hidupnya..

Cerita ini dimulai dengan deheman sopir buskota, yang tiba-tiba ngerem mendadak di tengah lalulintas padat. Akhirnya bus berhenti, secara tiba-tiba pastinya. Sopir bus yang berdehem tadi kesal dan langsung membelalakkan matanya ke arah seseorang yang berteriak minta busnya diberhentikan. Saat kata pertama dari sumpah serapah sang sopir mulai berhamburan dari mulutnya, penumpang tak tau diri yang berteriak histeris itu langsung menghambur keluar.. sang sopir nelangsa. Karna tak puas dengan kenyataan bahwa orang yang ingin dimakinya sudah menghilang di ujung jalan. Akhirnya ia telan ludah, telan kembali amarah yang sudah di ubun-ubun.. bus pun melaju dengan ogah-ogahan, seperti sang sopir yang mulai ogah-ogahan melanjutkan perjalanan di jalan ramai lancar itu…. Ternyata sang sopir juga menderita penyakit masa kini, #moodswing.

Sembari sang sopir berusaha melawan penyakit masa-kininya, si penumpang yang sudah berada di gang sempit itu kini berjalan agak loyo. Tidak seperti saat ia baru turun dari bis tadi, di mana ia berlari secepat mungkin. Bukan tanpa alasan hal itu ia lakukan. Ia baru tiba di kota tempat kasihnya-cintanya-sayangnya berada. Perasaan hati yang dagdigdug memaksanya untuk berjalan secepat mungkin menuju 'rumah hatinya' - 'selimut hatinya'. Itu istilahnya….

Pertemuan ala Rama-Shinta, Romeo-Juliet itupun terjadi dalam sejurus berikutnya. Maka berhamburanlah kata-kata mutiara dengan lancar jaya bagai air yang deras mengalir, dari sebuah rongga bernama mulut-yang didalamnya terdapat organ bernama lidah-yang konon kata orang tidak bertulang-yang karenanya dapat mengeluarkan kata-kata dalam susunan apapun tak peduli kata-kata itu pernah ia persembahkan kepada orang lain dengan sangat meyakinkannya.(waw..what a long sentence I had here!) Kata-kata mutiara yang konon katanya indah dan manis itu kembali berhamburan dengan deras, tidak peduli walau kata-kata itu dikutip dari kado seseorang lain untuknya.

Percakapan terus berlanjut. Kata mutiara terus berhamburan. Kenangan juga terus terukir. Menumpuk satu-demi-satu cerita dan puisi-puisi indah bersama sang rumah dan selimut hatinya. Hari beranjak senja, jingga mulai mengoyak biru.. Bukankah ini adalah momen terindah kebersamaan? Yang ada hanya semburat bayangan sepasang manusia itu, ditengah jingga dan biru yang saling melengkapi satu sama lain. Orang itu bahagia tak terkira, senyumnya bahkan tak cukup menampung kegirangan dan suka hatinya.. ahhh, cinta.. dimana-mana ia selalu terdengar dan tergambar indah…

Seperti kisah dongeng pada umumnya, mari kita akhiri saja potongan kisah satu ini dengan..
"dan mereka berdua akhirnya hidup bahagia selama-lamanya…" done!period!
Atau, ada yang ingin kisah ini berakhir dengan cara berbeda? Ahh, tak usahlah… bukankan kita selalu bahagia melihat sebuah happy ending?
yes for happy ending life stories


*Have a happy ending, everyone! ;)
Have a happy ending in our very own story, have a very happy ending for us all..!
Let us be busy creating a happy ending, for others, for us…

Selasa, 31 Agustus 2010

a two sides mirror


Ia sesap jus belimbing yang baru saja dihidangkan pramusaji di mejanya, lamat-lamat, seakan berusaha menikmati tiap tegukan yang mengalir melalui tenggorokannya.
 "hhmmmm,,,,, ah, segar!. Kamu tau tidak, rasa manis dan asamnya bergumul dalam sebuah racikan superdahsyat. Jadi satu, mengaduk-aduk dan menghasilkan rasa yang selalu luar biasa!" terdengar satu celotehan penuh semangat dari mulut salah satu pengunjung di tempat yang bahkan tak bisa disebut café itu. Satu celotehan yang mengindikasikan sebuah kuliah panjang tentang filsafat jus belimbing akan segera dimulai.
"dahsyat!" tambahnya tak kalah semangat, sambil menjilati serat-serat jus belimbing yang menempel pada sedotan.
"sudah pasti ini adalah jus belimbing, karna ia punya sensasi asam yang mengagumkan. Jika hanya manis saja, pasti sudah kutuding pramusaji itu berusaha mengelabuiku!" nah, terbukti! Kuliah filsafat jus belimbing sepertinya akan semakin merajalela.
"Ehm,,sama seperti yang sedang terjadi pada kita dalam beberapa tahun belakangan  ini. Aku tau semua nyata!. Senyata jus belimbing yang baru saja kusesap."
"Tanyakanlah kenapa aku tau itu nyata! Baiklah, jika tak mau mengeluarkan suara untuk bertanya, tetap akan kuberitahu jawabannya. Ssssttt….
"Karna, aku merasakan asamnya seperti juga aku merasai manisnya!"
"Maka aku tau itu nyata. Maka aku bisa bedakan mana yang nyata dan mana yang hanya buah dari imaji tak berbatasku."
"nah sekarang kamu sudah tau, ijinkan aku kembali menyesap jus belimbing ini,ya.."

Dalam beberapa kali sruput, ia berhasil mengosongkan sampai setengah isi gelas di hadapannya. Mengambil jeda sejenak, kembali diteruskan celotehannya tanpa peduli  dunia sekitarnya. Tanpa peduli pada bulan bulat penuh yang diam-diam menyembul dari balik pepohonan. Tanpa peduli tatapan aneh para pengunjung lain. Ia tetap tancap gas…
"Ehmmm,,, kalau dilihat lagi, perjalanan kita lucu, ya! Mau atau tidak, sadar atau tidak, seperti ada gaya tarik-menarik yang membuat kita jadi seperti digelontorkan dari atas sana. Untuk kemudian dijatuhkan di sini, tepat di depan jus belimbing yang  uueeenakk ini..." seketika itu juga, sepiring jagung bakar datang ke meja " dan sepiring jagung bakar ini, tentunya!"
Ahahaaaahaa…." Dia tertawa ringan.

"Aku lanjutkan cerita,ya.." seperti biasa, tanpa menunggu jawaban 'iya' ataupun 'tidak' ia kembali tancap gas…
"Di satu titik nadir kebersamaan, seketika itu juga kita dihamburkan ke dua arah berbeda. Kita sering menyalahkan jarak, tapi senyatanya kita sadar pilihan kita sendirilah yang membuatnya jadi demikian. Lalu oposit gaya tarik-menarik bekerja semakin kuat pada kita. Namun tetap saja, seperti pegas yang diregang hingga titik jenuh, pada akhirnya akan kembali kan? Begitu juga cerita kita."
Kita kembali mengejar apa yang sempat tertinggal dalam kurun waktu tiga tahun lamanya. Ternyata hanya satu minggu, satu minggu untuk masa tiga tahun. Pegas itu ternyata tidak tahan lama-lama bersantai,ya... Kekuatan mahadahsyat kembali meregangnya.
Kita terpisah lagi. Kali ini tanpa kata, tanpa sapa,,
Pola itu terus-terusan berulang, dan sampailah kita di detik ini. Ya, bilangan waktu yang ini. Saat di mana tiba-tiba kamu dijatuhkan di depan hidungku.."
Ia ambil jeda sejenak di sini. Dan, coba tebak! Ya, jagung bakarnya sudah digerogoti yang tak lain oleh orang yang tadi tengah bicara panjang lebar itu. Sungguh hebat, benar-benar multitasking – bercerita sekaligus memamah jagung bakar.

Kali ini kesunyian ditingkahi jeda yang cukup panjang, dan dalam..Ejalah sebanyak kata-kata yang menghambur tak tentu dari mulutnya tadi, kalikan dengan seribu. Masih belum akan mampu gambarkan rasa yang ingin ia hantar pada orang itu. Orang yang sama yang ia kenal hampir delapan tahun silam, orang yang sama yang setia mengganggui tidurnya, orang yang sama yang tengah duduk di hadapannya detik ini. Hanya detik ini saja dan entah kapan lagi…

Saat kesunyian panjang itu menggaung, bulan sudah tinggi, hawa dingin sudah berkeliaran dan siap menusuk-nusuk, burung-burung sudah terlelap di sarangnya, dan ia masih enggan beranjak dari tempatnya. Masih inginkan sepotong cerita, lagi….

**********


Aku mendapatkan pesananku, segelas jus alpukat, yang jika dibandingkan dengan jus belimbing, ia akan kalah dari segi kesegaran yang dihasilkannya. Dari tadi aku hanya memperhatikan dia berbicara dan bercerita, tentang segala yang ia kuasai, yang ia kaitkan dengan jus belimbingnya. Filosofi jus belimbing, yang dia korelasikan dengan kehidupan yang aku dan dia alami. Sungguh, memang seperti sedang menerima kuliah filsafat, yang sebenarnya merupakan representasi dari rasa asam manis yang dikecap oleh lidahnya. Kini, aku memotong pembicarannya, mencoba mengambil jatah bicaraku, yang jika tetap kubiarkan, akan habis diisi olehnya.

"Kamu tau, jus alpukat mengenyangkan, walau tidak menyegarkan, jika dibandingkan dengan jus belimbing?" tanyaku memotong kata yang akan keluar dari mulutnya, berusaha mengurangi dominasi pembicarannya. Sebuah pertanyan yang lebih berupa sebuah informasi kepadanya, bukan pertanyaan yang mengharapkan jawaban.

"Dan kamu tau, kenapa aku suka dengan jus alpukat ini berbanding jus lainnya?" tanyaku lagi, beruntun, seperti dua buah peluru yang keluar dari dalam pistol yang ditarik pelatuknya dua kali oleh pemiliknya. Dan dari pertanyaan ini, aku tidak memerlukan jawaban darinya. Aku langsung mengakhiri pertanyaan kedua dengan jawabanku sendiri.

"Karena mengenyangkan, jadi mengurangi biaya makan", jawabku dengan jawaban yang terdengar penuh candaan walaupun itulah sebenarnya kenyataannya. Tawa kita berdua meledak, serentak, dan tanpa diberi aba-aba, kita mulai terbahak dari detik yang sama. Sebuah intermezzo dari sebuah kuliah filsafat belimbingmu, jawabku padanya.

Memang, aku belum bisa mengaitkan apapun, mengenai apa yang kita alami sekarang, melalui perumpamaan buah dan jus yang seperti dia lakukan. Bukan aku tidak memiliki ide untuk disampaikan. Kesamaan pikiran antara aku dan dia, sudah cukup menghabiskan kalimat-kalimat yang aku rencanakan akan aku sampaikan kepadanya. Dia telah lebih dulu mengeluarkan  semua ceritanya, cerita yang hampir sama dengan apa yang terdapat dalam kepalaku. Cerita tentang apa yang kami alami selama ini. Cerita tentang gaya tarik-menarik, cerita tentang waktu yang panjang, pertemuan-perpisahan-pertemuan dan seterusnya. Semua terkonsep dalam alam sadarku, bahkan selalu menggeliat keluar dan menjadi liar dalam tidurku. Dan, hampir semuanya sama.

Aku biarkan dia bercerita kembali, aku biarkan dia melanjtkan apa yang ingin ia sampaikan. Aku meletakkan tanganku di bawah tangannya, untuk kemudian menggenggam erat, seolah tak ingin melepaskannya. Dia tersemyum simpul, merona pipinya, kemudian melanjutkan narasinya yang tertunda karena terpotong oleh leluconku tadi.
Kuletakkan tangannya di pipiku. Kurasakan hangatnya jemari kecil, jari jemari yang dulu selalu mengirim sms sekedar untuk menyampaikan rindunya kepadaku. Jemari yang menulis semua surat-surat yang kini tetap aku simpan rapat-rapat di lemari usang-ku. Jemari yang mungkin sebentar lagi takkan bisa kugenggam lagi.

Kuhirup dalam-dalam jus alpukatku, berusaha mengejar ketertinggalan, menyamakan isi gelasku dan gelasnya. Aku menatap bulan, yang memang terlihat sempurna dari posisi di mana aku duduk. Malam begitu cerah, ketika purnama menggantung di langit yang seharusnya kelam. Yah, hatiku seperti purnama, terang di antara kelamnya malam.


segelas jus belimbing, sepiring jagung bakar, dan sepotong cerita

Ia sesap jus belimbing yang baru saja dihidangkan pramusaji di mejanya, lamat-lamat, seakan berusaha menikmati tiap tegukan yang mengalir melalui tenggorokannya.
 "hhmmmm,,,,, ah, segar!. Kamu tau tidak, rasa manis dan asamnya bergumul dalam sebuah racikan superdahsyat. Jadi satu, mengaduk-aduk dan menghasilkan rasa yang selalu luar biasa!" terdengar satu celotehan penuh semangat dari mulut salah satu pengunjung di tempat yang bahkan tak bisa disebut café itu. Satu celotehan yang mengindikasikan sebuah kuliah panjang tentang filsafat jus belimbing akan segera dimulai.
"dahsyat!" tambahnya tak kalah semangat, sambil menjilati serat-serat jus belimbing yang menempel pada sedotan.
"sudah pasti ini adalah jus belimbing, karna ia punya sensasi asam yang mengagumkan. Jika hanya manis saja, pasti sudah kutuding pramusaji itu berusaha mengelabuiku!" nah, terbukti! Kuliah filsafat jus belimbing sepertinya akan semakin merajalela.
"Ehm,,sama seperti yang sedang terjadi pada kita dalam beberapa tahun belakangan  ini. Aku tau semua nyata!. Senyata jus belimbing yang baru saja kusesap."
"Tanyakanlah kenapa aku tau itu nyata! Baiklah, jika tak mau mengeluarkan suara untuk bertanya, tetap akan kuberitahu jawabannya. Ssssttt….
"Karna, aku merasakan asamnya seperti juga aku merasai manisnya!"
"Maka aku tau itu nyata. Maka aku bisa bedakan mana yang nyata dan mana yang hanya buah dari imaji tak berbatasku."
"nah sekarang kamu sudah tau, ijinkan aku kembali menyesap jus belimbing ini,ya.."
Dalam beberapa kali sruput, ia berhasil mengosongkan sampai setengah isi gelas di hadapannya. Mengambil jeda sejenak, kembali diteruskan celotehannya tanpa peduli  dunia sekitarnya. Tanpa peduli pada bulan bulat penuh yang diam-diam menyembul dari balik pepohonan. Tanpa peduli tatapan aneh para pengunjung lain. Ia tetap tancap gas…
"Ehmmm,,, kalau dilihat lagi, perjalanan kita lucu, ya! Mau atau tidak, sadar atau tidak, seperti ada gaya tarik-menarik yang membuat kita jadi seperti digelontorkan dari atas sana. Untuk kemudian dijatuhkan di sini, tepat di depan jus belimbing yang  uueeenakk ini..." seketika itu juga, sepiring jagung bakar datang ke meja " dan sepiring jagung bakar ini, tentunya!"
Ahahaaaahaa…." Dia tertawa ringan.
"Aku lanjutkan cerita,ya.." seperti biasa, tanpa menunggu jawaban 'iya' ataupun 'tidak' ia kembali tancap gas…
"Di satu titik nadir kebersamaan, seketika itu juga kita dihamburkan ke dua arah berbeda. Kita sering menyalahkan jarak, tapi senyatanya kita sadar pilihan kita sendirilah yang membuatnya jadi demikian. Lalu oposit gaya tarik-menarik bekerja semakin kuat pada kita. Namun tetap saja, seperti pegas yang diregang hingga titik jenuh, pada akhirnya akan kembali kan? Begitu juga cerita kita."
Kita kembali mengejar apa yang sempat tertinggal dalam kurun waktu tiga tahun lamanya. Ternyata hanya satu minggu, satu minggu untuk masa tiga tahun. Pegas itu ternyata tidak tahan lama-lama bersantai,ya... Kekuatan mahadahsyat kembali meregangnya.
Kita terpisah lagi. Kali ini tanpa kata, tanpa sapa,,
Pola itu terus-terusan berulang, dan sampailah kita di detik ini. Ya, bilangan waktu yang ini. Saat di mana tiba-tiba kamu dijatuhkan di depan hidungku.."
Ia ambil jeda sejenak di sini. Dan, coba tebak! Ya, jagung bakarnya sudah digerogoti yang tak lain oleh orang yang tadi tengah bicara panjang lebar itu. Sungguh hebat, benar-benar multitasking – bercerita sekaligus memamah jagung bakar.
Kali ini kesunyian ditingkahi jeda yang cukup panjang, dan dalam..Ejalah sebanyak kata-kata yang menghambur tak tentu dari mulutnya tadi, kalikan dengan seribu. Masih belum akan mampu gambarkan rasa yang ingin ia hantar pada orang itu. Orang yang sama yang ia kenal hampir delapan tahun silam, orang yang sama yang setia mengganggui tidurnya, orang yang sama yang tengah duduk di hadapannya detik ini. Hanya detik ini saja dan entah kapan lagi…
Saat kesunyian panjang itu menggaung, bulan sudah tinggi, hawa dingin sudah berkeliaran dan siap menusuk-nusuk, burung-burung sudah terlelap di sarangnya, dan ia masih enggan beranjak dari tempatnya. Masih inginkan sepotong cerita, lagi….
dekalisa, 08/30/10

Sabtu, 28 Agustus 2010

*balada boneka usang (sebuah catatan si yellowcoco)


Tidak, bukan lenganku yang digamitnya,,
juga bukan tanganku yang digenggamnya di hadapan semua temannya.
Bukan aku, yang dibanggakan pada teman-temannnya.
Bukan aku, yang selalu dibawanya kemanapun pergi.

Tapi aku,
Tempatnya pulang ketika lara,  
Aku, dengan siapa ia bermain-main jika tak ada sesiapa di hadapan
Aku,yang didekapnya ketika tidur malam,
saat mama tarikkan selimut untuknya

Sekarang aku,
aku hanya terduduk di sini.di sudut gudangnya
Sendirian. Kedinginan. Ditemani jelaga

Padahal di masa itu tiap saat ia katakan,
akulah mainan terbaiknya.
"Mainan terbaik sepanjang masa!",
betapa hebat kedengarannya…
Kini teronggok saja di gudang berjelaga

Mungkin masanya sudah tiba,
baginya untuk tumbuh dewasa
dan tidak main boneka lagi
Mungkin masanya sudah tiba,
Bagiku untuk pergi dari hari-harinya
Karna ia, bukan lagi anak itu bagiku
ia bahkan bukan anak-anak lagi


> hasil menyalurkan empati pada yellowcoco di gudang..

Rabu, 18 Agustus 2010

kali ini "merdeka" bagi saya adalah....



Hari ini, pagi dimulai  di rumah, tepatnya di kamar tercinta yang menentramkan jiwa dan raga. Tidak di kantor, seperti pagi-pagi biasanya. Pagi ini dimulai di jendela kamar oleh burung-burung kecil yang konon bernama burung gereja. Dibuka dengan nyanyian dan nada alam dari kepakan sayap mereka  yang tengah berkejaran satu sama lain.

Tanpa sadar terucap “Alhamdulillah.. ini hari libur ( atau lebih tepatnya “Alhamdulillah…bisa libur”). Karna, libur dan mengawali pagi di rumah bagiku adalah suatu hal yang langka, selangka harimau Sumatra, dalam 4 bulan terakhir ini.

Wahh,tidak terasa sudah 4 bulan saja aku bekerja di (tiiiiiiiiiiiiiiiit).  dan selama itu pula, aku selalu merindukan hal bernama libur. Dan bayangkan, ketika hal langka itu datang menghampiri, betapa girangnya hati ini. Maka hari ini kumulai dengan kesyukuranku pada Tuhanku.. Thank God it’s holiday,, Alhamdulillah, ya Allah… bisa libur…. ;D

Di pagi 17 Agustus ini akhirnya kudapatkan juga kemerdekaan. Merdeka dari hal-hal berbau rutin yang sudah jadi menjemukan,seperti : “sudah follow up perusahaan A?”; “Sudah visit perusahaan B?”; “Gimana update hari ini?”; “Kenapa belum hubungi Ibu Z?” Ugh

Dan akhirnya termerdekakan. Walau untuk sementara
sementara saja

Tapi tak apalah, walaupun sementara tetap bersyukur atas hari ini, sambil kembali menyiapkan bekal berupa segudang ikhlas dan sabar untuk esok hari. Betul, kawan!! Diperlukan kadar ikhlas tingkat tinggi (yang tentu saja aku belum mencapainya) untuk dapat bertahan di dalamnya. Makanya, kutaksir hanya akan tinggal sebentar lagi usiaku di tempat itu.

Hhhmm,,tersampaikan juga akhirnya apa yang selama ini kuredam, walau hanya berupa kilasan, slight explanation. Jadi, kurasa untuk sementara hanya ini saja. Setidaknya mengurangi sedikit beban yang selama ini ditahan sendiri. Jika tulis terlalu banyak, keluarlah segalanya. Jika segalanya keluar, jatoh2 pada UU apa itu namanya? Yaaa, itulah dia! Tepat sekali! Kalau sudah begitu, saya akan rame-rame ngumpulin koin peduli saya   (ehhmmm emangnya siapa saya,yahh?? Aneh2 ae)

Yaahhh, pokoknya gitu deh. Saya tidak mau ambil pusing. (lha..pusing kok diambil,ngapain?? *maafkan ketidakjelasan saya kali ini ;p ) Ya, sudahlah…saya mau menikmati hari ini dulu,, dengan segala hal yang tidak bisa dilakukan di hari-hari biasanya.

Hhhhhmmmmm
Aku menarik napas dalam, berusaha menghimpun sebanyak mungkin udara segar pagi ini ke dalam paru-paru. Udara yang sama, yang dihirup oleh burung-burung gereja kecil di sana itu
;)



Selasa, 17 Agustus 2010

cruel, cruel time..

when it comes to the end
love could do nothing
but releasing

when it comes to the end
heart could do nothing
but try letting go

when my time reach its end
i will be sitting down here
below this tree of pain
doing nothing but watching
cause it is too late for carrying you off

yes, i am a hundred thousand years too late, dear...

harap pada bayang di sebrang










tumpukan harap pada sebrang,
maka kutumpukan langkah pada bayang
tak segan,,
kusebrang lautan
kuhadangkan diri pada ombak,
maka batuan tajam tak lagi terasa onak

semua karna bayang nun disebrang
penuh harap sebrang tak hanya bayang


letih meretas ombak melerai onak
harap labuhkan lelah pada sebrang
namun tak siapapun, hanya letih berbuah sia

Sabtu, 14 Agustus 2010

dia sudah pergi...

Kulirik lagi tempat ia biasa ada
masih kosong

padahal harusnya ia ada,,,
penuh tawa gemuruh yang guncang-guncang tubuhnya
Tapi kali ini kosong, hanya kosong saja,,
kosong
sekosong hatiku yang memang sedang hampa

padahal hari kemarin masih..
masih ada tawa
yang masih sama di sana
tengah mentertawai carut marutnya sistem kita
yang sudah cukup parah mencederai kita yang hanya rakyat jelata

hari ini beda
tidak kulihat lagi ia di sana
tempat yang sama, waktu yang sama
namun tak lagi terasa sama

hari ini beda
hanya aku sendirian dimakan putusasa
yang memamah asa hingga binasa
hanya aku saja berperan jadi rakyat jelata
hadapi tangan-tangan gemuk penuh kuasa

maka apalagi yang bisa kulakukan selain hadiahkan tarian-tarian hujan untuk sudahi satu babak cerita

karna satu cerita yang lain, sedang akan dimulai di satu tempat berbeda





Sabtu, 26 Juni 2010

Insha Allah (Maher zain's song)


Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah
Insya Allah you’ll find your way
Everytime you commit one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always bu your side
Insha Allah
Insya Allah you’ll find your way
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray
Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way
Insha Allah
Insya Allah we’ll find the way..

Sabtu, 19 Juni 2010

dia - dia



dan, tentu saja itu untuknya..

bukankah semua memang untuknya....???

bukan untuk sebuah kilasan masa lalu yang bahkan tak sempat tertangkap mata

karna ia telah berlalu berjuta bilangan waktu lamanya

terlalu terasing untuk dapat kembali ke masa kini.

Memang,,,

karna ia hanyalah sebuah kilasan.
Dari masa lalu...

Kamis, 18 Maret 2010

tragedi//komedi???


Sudah lewat tengah malam. dia masih terpekur di hadapan layar kaca yang memantulkan gejolak-gejolak perasaannya dalam format huruf-huruf bergandengan satu sama lain membentuk bentuk-bentuk tak beraturan menjadi tumpukan-tumpukan kata. Lama, ia hanya tercenung. Membayangkan kisah yang tengah ditimpakan padanya ini, sembari bertanya-tanya apakah kisahnya ini adalah sebuah kisah tragedi, ataukah komedi???
___________________________________________________________________

Jumat, 19 Februari 2010

A releasing moment comes,,


Some of my last soliloquies at the previous day, find their answer or just response today,, hhmm, this quite releasing, actually,,
Pain and sorrow that I felt just yesterday seems like vanish in the air,, all tears came yesterday seems like vaporize,,  My very dark, gloomy, depressing, and somber moment happened yesterday soon find its turning point,, yes, I believe that the turning point come today and keep hoping that ‘this is it..this is the moment I am waiting for,,,’.
 It came to me when I was sleeping and dreaming coz I had nothing to do lately,,  suddenly that destiny came through a cellphone ring.  Hastily, I woke up and tried to do my best to the sudden-come-destiny that took me to this condition of releasing. Yes, it is…I can say it’s a releasing moment,,a moment of joy (or at least, that’s what I am thinking of and hoping for now,,,)
Someone so very special ever told me that : “the darker the night, the closer you are to the light”. Well, based on this recent experience I really find a justification for that quote. It was yesterday I want to quit from all of these things and choose to move backward but in the day after, I get something that makes me still want to hold on and grow the buds of hope,, again and again, for a hudred  more times..  ;)
Thank you destiny for coming,,
thank you God for sending me that destiny,,,
and thank you luv for keeping my spirit,,,,

So, I can say that,,,,,
*We would never know the meaning in every single thing happened to us after several times go by..     More often, the sense behind one single thing came after several times later. It is all because every    process has its own time definition,,

An about the left-unanswered-questions, jostein gaarder told me -through his book of course- that…
*every question must have its own answer. Just because we cannot  find one, it does not mean that      there is no answer for the question,,,

By the end of this writing, I can say,,,
*Happy facing your future,,, ;)
  doesn’t matter whatever it seems like, just “keep moving forward”!!
  ^)/

Rabu, 17 Februari 2010

Nothing’s left for me here, I better leave…


Tidak ada,,tidak ada yang tersisa,,tidak sama sekali, tak satupun
Tidak hangatnya senyuman,
Tidak riangnya tawa,
Tidak tidak manisnya pencapaian,
Tidak gairahnya cinta,,

Tidak,tidak satupun.
Tak ada satu hal pun yang dapat kutemui lagi dari segala yang ada di sini..
Lalu buat apa aku di sini, menahankan kesakitan, menelan kesepian,,,
Tidak ada suatu untuk membuatku tetap dapat terjaga dan terus bangkit
Kesakitan ini telah menggodaku untuk meninggalkan jalan ini..
Karena sudah benar-benar tak ada apa-apa lagi buatku,,

Akhir-akhir ini semuanya terasa lebih gelap,,lebih pekat
Semuanya seolah mengatakan padaku untuk tinggalkan semua ini..

Yahhh, inilah aku..
Duduk terpekur di simpang jalan ini
Yang bimbang dan terombang-ambing antara kedua jalan yang tak mampu kuputuskan
Yang terus saja menghabiskan waktu untuk meragu
Untuk bertanya-tanya inikah jalan yang tepat??
Inikah yang baik??
Tidak ada jawaban yang datang,,
Kadang keadaan membiarkan aku membuat penafsiran sendiri atas jalan ini,
Aku berpikir, bukan….bukan ini,,,
Lantas, jika bukan ini, yang mana? Mana yang tepat?
Tahu mana yang bukan, tidak berarti membuatku tahu mana yang tepat, mana yang benar, mana yang baik..

Karena ketidaktahuanku itu, haruskah aku mendapat hukuman berupa menjalani sesuatu yang kuanggap “bukan”. Seringkali ketidaktahuan akan yang terbaik membuat kita terus menjalani sesuatu dan berharap hal itu adalah yang terbaik. Namun pada kenyataannya -jalan yang kita harap terbaik itu- adalah jalan yang menggerogoti kedirian, yang meluruhkan semangat dan mimpi, yang menenggelamkan dalam kubangan putus asa.. namun di tengah kepahitan itu –tetap- berharap ini adalah yang terbaik.. tepatkah itu? Dapatkah dibenarkan tindakan ini?? Dapatkah??

Aku lelah terus menerus menelurkan pertanyaan demi pertanyaan yang hanya akan tinggal sebagai pertanyaan yang tak terjawab. Mereka menggunung karena telah sekian lamanya aku terus bertanya-tanya tanpa mampu menjawab dan menemukan jawaban untuk semua pertanyaan itu. Hanya meninggalkan kematian untuk bagian-bagian dalam diriku..yang terus menerus tak terpuaskan dengan banyak hal, banyak tanda tanya, banyak kegundahan…

Pada akhirnya aku kembali pada pemikiran untuk mundur, untuk meninggalkan semua ini. Dan berhenti menaruh harapan pada hal ini, yang kurasa adalah konyol untuk berharap padanya sedangkan ia terus menerus menggerogoti kesadaranku, menghabisi mimpi dan inginku.
Jika pertanyaan “tepatkah pilihanku ini?” muncul, aku hanya bisa jawab dengan “entahlah….”
Tuhan sengaja bermain rahasia dengan makhluknya. Ia tak ingin makhluknya tahu apa yang tengah Ia persiapkan. Maka aku sebagai salah satu makhluknya, yang tak dapat melihat masa depan tak mampu membaca kebenaran menurut versiNya, hanya bisa bergerak, terus bergerak.. mungkin terkadang aku dapat bergerak maju, mungkin ada suatu saat aku akan mundur. Dan inilah saatnya aku memilih mundur dari semua ini. Karena ia sudah terlalu banyak mengambil apa yang ada dariku.

Mungkin tindakan ini tepat, semungkin ia untuk menjadi salah,,,, entahlah,bukan aku yang pegang lisensi untuk membenarkan dan menyalahkan sesuatu.

Selasa, 26 Januari 2010

a lovely joyous kind-hearted mother ever...




Yes, its you,,,, its so you, mother. All those adjectives illustrate you.. yet, they’re not special enough to describe how amazing and marvelous you are. You are the best miracle happen to me, and the greatest gift God gave me.. I should thank God for sending me a guardian angel like you. This letter might not reach you or your front door to be read, mother. But still, I need to convey the world how lucky I am, how blessed I am, to have you as my dearest mother…

Yes, it’s you mother that is standing still for me when no one else won’t…yes, it’s you that still put your highest faith on me,,, yes, it’s you that listen every grumble spokes out of my mouth,,yes it’s you that patiently guide me elapse every nuisance I face,, ,yes, it’s you that always serene in facing me and all snag I take along,,, yes, it’s you that still cherish me even though so many times I let you down,, ,yes, it’s you,,It is all you, mother…

you are the one, the only one that treat me this way..
this thoughtful way.. it is you…it is just you..

I love you more than you or anyone could imagine..
hope I can bring you radiance that you always want, one day…

good night mother,,
let my love embrace your slumber cuz,
a new day is waiting for you to be blazed..