Jumat, 28 Januari 2011

Menunggu adalah.....

Aku tidak bisa memaksa mata untuk mengalihkan pandangan dari jam dinding. Tidak bisa menahan telinga dari berusaha keras menangkap deru suara kendaraan. Tidak bisa mengontrol jantung yang berdegub terlampau cepat, pertanda hatiku sedang cemas. Tidak dapat juga menghentikan otak untuk berpikir, apa yang menahannya untuk tidak pulang padaku kali ini

Di luar, kegelapan sudah semakin pekat, dan langit mulai bergermuruh hebat. Sudah empat jam berlalu sejak aku terduduk di kursi goyang di teras ini. Pada akhirnya, di saat jam dinding tepat menunjuk angka 12, aku menyerah. Mungkin tidak hari ini, pikirku

Aku kembali masuk dengan tubuh yang semakin gemetaran. Memang, sudah dua bulan belakangan ini tubuh tuaku tak bisa lagi menahan paparan cuaca dingin untuk waktu yang lama. Menunggunya di kamar saja, batinku. Aku berjalan melewati teman-teman lain yang berkumpul di ruang santai. Terbius oleh sebuah kotak ajaib bercahaya ukuran 21 inci itu. Aku bahkanmeyakini, sebagian besar dari mereka tidak benar-benar mengerti apa yang tengah ditayangkan kotak bercahaya itu. Tapi sudahlah,  malam ini aku tak mau peduli dulu tentang itu.

Aku terus berjalan ke kamar, dengan susah payah menyeret kedua kakiku yang sudah menjadi sangat lemah ini. Naik ke tempat tidur dan menarik selimut tipis dan usang ini, mencoba membenamkan diri dalam-dalam. Menekan kuat-kuat rasa kecewa dan tersisihkan yang sudah kutelan selama beberapa tahun lamanya. Rasa terpinggirkan yang memang sudah menjadi makanan sehari-hari.

Ternyata, lagi-lagi, tidak hari ini Ros menjemputku

Dalam pelukan selimut tua ini, bayangan Ros melintas-lintas. Ros yang begitu lucu dan jenaka saat masih ada di pangkuanku, Ros yang merupakan anak cerdas di sekolahnya, Ros yang lulus kuliah dengan predikat sangat memuaskan, ahhh Ros yang cantik,yang cerdas, yang merupakan kebanggaanku. Anak semata wayangku yang kugadang-gadang akan menjadi orang sukses nantinya

Memang tidak salah, dia – anakku tersayang itu- telah menjadi orang besar, orang sukses.  Karna itulah, ia tidak bisa lagi membawaku serta saat ia harus ditugaskan di suatu tempat yang katanya jauh sekali. Oleh sebab itu, aku yang menumpang hidup padanya, terpaksa ia titipkan di sini, di panti ini. Walau bersikeras masih dapat menjaga diriku sendiri, ia menolak. Ia tak bisa menerima. Dan pada akhirnya menempatkanku di sini, bersama banyak orang tua terlantar lainnya. Sebenarnya amat perih, Ros-ku yang kugadang-gadang, meminggirkan aku dari hidupnya. Tapi toh, waktu beberapa tahun sudah terlewati, dan Ros berjanji akan kembali untuk menjemputku

Ahh, Ros-ku yang cantik, kalau memang tidak hari ini tak apalah,, Semoga esok kamu datang dan membawaku bersamamu

**

Ahhh, akhirnya

Di suatu pagi yang amat cerah, Ros datang. Ia datang dengan gaun pendek merah cerah, yang membungkus tubuh indahnya itu dengan sempurna. Ia memeluk sekantung besar bunga lili-kesukaanku. Tidak salah lagi, itu Ros. Dia memang cantik, bahkan terlihat lebih cantik dari terakhir kali aku melihatnya, saat ia mengantarkanku ke tempat ini. Ia turun dari mobil, senyumnya mengembang, ia berlari ke arahku. Segera mendekapku, memelukku erat..  Aku balas merangkulnya, meluapkan perasaan sayangku untuknya yang telah menunggu bertahun-tahun lamanya. “Kenapa lama sekali,Ros?” gumamku. Ia  gusar, seperti tak ingin menjawab, hanya menciumi wajahku saja

Ia akhirnya berkata “Maaf, membuat mama menunggu lama.. Tapi sekarang, Ros sudah selesai dengan semuanya. Sekarang hanya kita berdua. Ayo mama, kita pulang sekarang.. “
Aku tersenyum lega, aku menangis haru, , dan hanya bisa berkata, 
“Ahhhhhhh,akhirnya………..”

**

Pagi itu, seorang wanita paruh baya dengan dandanan kusut, melangkah tergesa ke sebuah unit instalasi gawat darurat di sebuah rumah sakit. Terlihat sekali, ia belum sempat membenahi dirinya dan langsung berangkat menuju rumah sakit yang disebutkan oleh pemilik panti werdha yang menghubunginya tadi subuh. Kebingungan, ia melongok setiap kamar yang dilalui, hingga akhirnya sampai di sebuah kamar. Pandangannya tertumbuk pada sosok renta seorang wanita tua berkulit putih pucat, rambut yang telah tipis dan putih seputih perak, mata yang terpejam, serta bibir mengukir semburat senyum. Selain ciri fisik yang dikenal betul oleh perempuan paruh baya itu, deru nafas dan denyut nadinya sudah tak terasakan lagi

Dokter menutup seluruh tubuhnya dengan sebuah selimut tipis

*

Sebelum semuanya telah begitu terlambat, lebih baik sekarang bukan

#  Bunga lili yang dikenal dalam bahasa latin sebagai Lilium longiforum, berbentuk piala atau terompet panjang, besar, berwarna putih, dan berbau harum. Bunga ini sering dianggap sebagai lambang kemnurnian oleh bangsa Mesir, Yunani, dan Romawi kuno. Sebutan ‘lilium’ berasal dari bahasa Yunani ‘leirus’ yang berarti lembut dan licin.

Kamis, 27 Januari 2011

LOTS OF LAUGH, LOTS OF LOVE

Kita pernah bersama-sama di satu rentang waktu kan?

Di masa semuanya bukanlah soal yang terlalu penting, tidak begitu penting selama kita terus bersama-sama, berbagi, dan tertawa.

Di masa itu, kita bagi segalanya, hingga tak ada ruang bahkan untuk yang namanya rahasia. Tak ada ketakutan menumpahkan segala  cerita termasuk bagian terburuk  dari diri kita sekalipun – karna kita tau, sahabat tak mengadili, tak juga menghakimi. Cukup mendengarkan dengan sedikit dibumbui kebawelan dan, tentu saja, lots of laugh, lots of love :D . Mendengarkan, berbagi, dan tertawa, itulah ritual kita. Ya kan, gaiss?

Sayangnya, waktu tak mau lama-lama berdiam di satu titik. Karna konon kabarnya, satu-satunya hal yang tetap, pasti, dan niscaya, adalah perubahan. Bukankah itu juga yang terjadi pada kita? Masa itu, satu rentang waktu itu, sudah pergi, hilang, menguap, hingga tak bisa tergenggam lagi. Namun begitu, satu masa itu -ya rentang waktu yang itu- cukup mengisi hati kita dengan kehangatan, kebahagiaan, juga kasih sayang, sebagai bekal menjejakkan langkah ke depan, ke bilangan waktu yang sudah menanti di depan.

Sekarang, kita berada di masa sekarang. Sebuah masa yang disebut sebagai kekinian, KINI, PRESENT, bukan past ataupun future. Inilah kita, teman… Menjejak di atas bayangan kita tepat pada masa sekarang. Tergiring ke berbagai arah yang semakin mementalkan dimensi fisik antara kita.

Sekarang, di sini… di atas bayanganku sendiri. Di ordinat ini, di ruang yang terentang cukup jauh dari kalian, aku merindukan semuanya.  Merindukan berbagi, merindukan mendengarkan, merindukan tertawa bersama kalian. Merindukan moment yang aku pilih untuk disebut dengan,
lots of laugh lots of love…
once upon  time