Kamis, 01 Oktober 2009

tak perlu membahasakan, rasakan saja

Biar akan kusimpan saja
Kutelan, kulumat, hingga membuncah, pecah
Merobohkan dinding pertahanan yang memang sudah lemah

Biar akan kurasakan saja hempasannya
Kutahankan saja perihnya
Dan tinggal kunikmati pecahannya,
Memunguti remahnya,
yang menghambur tak berarah ke udara hampa

sssh, jangan lagi bicara
bukan itu cara kita mentransformasi rasa
inilah satu-satunya cara kita merasa
dengan rasa saja
hanya rasa

Perlahan mata kita yang sebelumnya berputar kian-kemari mencari-cari objek untuk saling mengalihkan perhatian akhirnya menemukan jalan untuk saling bertemu. Untuk sesaat saling menatap, menyelami rasa yang menunggu untuk menyeruak. Tiba-tiba, pengap.... dan aku tak mampu menahannya lebih lama lagi. Kutumpahkan saja tetesan bulir hangat dari mataku yang memang sudah menyesak-nyesak sedari tadi, semenjak kita berdua terduduk tanpa kata di sini. Aku tergugu,,,
Kau hanya diam. Aku ingin menjerit, namun pada detik berikutnya yang terdengar dari mulutku hanyalah suara erangan lemah, tak sanggup lagi membahasakan rasaku. Aku putus asa, kembali menekur. Tak berani lagi menatap matamu yang berbahasa lebih dalam daripada tiap kata yang berusaha kulontarkan. Aku menyerah,,
Kau masih diam, aku mengangkat kepala dan kau masih dalam posisi yang sama, menatapku lekat-lekat. Matamu berkaca-kaca, namun bibirmu melengkung membentuk senyum khas dirimu. Bukankah ini tak lazim, kau menangis tanpa benar-benar berairmata dengan senyum menghiasnya. Tak sadar, aku tengah menatap dalam, ke dalam matamu. Sesaat kemudian kau genggam tanganku, dan hangatnya menggelenyar, menggetarkan. Aku tersentak,,
Inikah jalan yang kau pilih untuk menjelaskan padaku, bahwa rasa akan tetap ada meski tak ada dan tak mungkin akan ada jalan untuk membahasakannya. Ketika semua jalan telah menunjukkan bahwa semua ini akan berakhir, rasa itu akan tetap ada. Aku menyiratkan tanya penuh harap. Kemudian tatapan itu, hanya tatapan itu saja, yang pada akhirnya menyudahi pertemuan kita
“Rasakan...hanya rasa saja”, bisikmu lembut…
Sesaat ku pahami.
Tak perlu bahasa, cukup rasakan
rasa yang kita rasa…
dan aku pulang dengan segudang perasaan.. membuncah, melimpah ruah di dadaku.
Biarkan saja ia menghempasku. Akan kurasakan saja. Kunikmati saja. Karna hanya itulah satu-satunya jalanku untuk membawa serta dirimu. Dimanapun, dan entah bersama siapapun dirimu. selamanya..

Tidak ada komentar: